FESTIVAL BUDAYA
SEMARANG, DUGDERAN Dugder merupakan
suatu kata rangkai dari ‘dug’ dan ‘der’. Suara bedug diucapkan ‘dug..dug..dug’ sedangkan bunyi letusan
kembang api / ‘bom udara’ diucapkan ‘der..der’.
Dugderan dimakksudkan sebagai sarana hiburan warga serta sarana dakwah Islam.
Festival rasa syukur warga Semarang ini berupa tradisi menyambut datangnya
bulan Ramadhan, sedangkan penentuan awal puasa oleh Pemerintah Pusat. Tradisi
yang dikemas menarik ini berupa upacara ritual budaya, display drumband, karnaval
bendi dan mobil hias dalam acara festival 2 hari berurutan. Pada malam harinya
diadakan pasar malam dengan beragam mainan anak yang ditawarkan dari mainan
tanah liat, mainan dari bambu, mainan dari karton, kapal api tuk-tuk, arena
permainan & hiburan serta yang paling khas yakni Warak Ngendok. Warak
adalah ‘binatang imajiner perpadauan budaya Jawa + Cina + Arab’ ditampilkan
dengan kertas warna – warni dan di bagian bawah diletakkan telur bebek warna
merah, hal inilah yang disebut ‘Ngendok’
atau bertelur. Warak Ngendok dengan posisi mulut menganga lebar dan lidah menjulur yang untuk menggambarkan hawa nafsu manusia. Karena
itu warak ngendok kakinya dirantai/ dipasung, untuk
simbol menahan hawa nafsu selama
berpuasa.
Kirab & karnaval Budaya Semarang dimulai pada jam
13.00 dengan rute dari balaikota Semarang – jalan Pemuda – Masjid Agung Semarang ( Kauman ) oleh kereta kencana Bupati
Semarang yang diperankan Walikota Semarang diikuti pasukan berkuda, Bendi hias,
mobil hias Warak . Sesampai di Masjid Agung Semarang ( Kauman ) pada jam 15.00 dilakukan pembacaan Shukuf Halaqoh oleh
Bupati Semarang RMT Aryo Purboningrat yang diperankan oleh Walikota Semarang
dan dilanjutkan pemukulan bedug, pembagian kue
Ganjelril ‘roti khas Semarang’, dan
air khataman Al Qur’an. Lantas pada jam
16.20 di Masjid Agung Jawa Tengah
dilakukan pembacaan Shukuf Halaqoh oleh Bupati Semarang RMT Probo Hadikusumo
yang diperankan oleh Gubernur Jawa Tengah dilanjutkan pemukulan bedug dan
penyalaan bom udara, yang selanjutnya berlangsung selama bulan puasa sebagai
tanda saat Buka Puasa. Karnaval Budaya hari kedua yang memberi perhatian pada
ajang pentas anak didik kota Semarang berupa parade drumband, pawai mobil hias dengan
rute Simpang Lima – jalan Pahlawan – Taman Menteri Supeno.
Semarang butuh banyak penulis dan penulis penuh waktu yang mendorong acara Dugderan menjadi sorotan media nasional seperti misalnya Grebeg di Jogja dan hari raya Nyepi di Bali. Kedua acara ritual religi di daerah yang mampu menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun manca negara patut dijadikan teladan.
Semarang butuh banyak penulis dan penulis penuh waktu yang mendorong acara Dugderan menjadi sorotan media nasional seperti misalnya Grebeg di Jogja dan hari raya Nyepi di Bali. Kedua acara ritual religi di daerah yang mampu menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun manca negara patut dijadikan teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar