Selasa, 02 Agustus 2016

KETETANGGAN BROMO & SEMERU



KETETANGGAN BROMO & SEMERU Berbicara gunung Bromo biasanya masyarakat langsung mengaitkan dengan suku Tengger. Jarang yang ingat bahwa Bromo memiliki kesatuan dengan gunung Semeru sebagaimana nama ‘Taman Nasional Bromo Tengger Semeru’ yang terletak di empat kabupaten yakni Pasuruan, Probolinggo, Lumajang & Malang “Paproluma”. Puncak gunung Bromo cukup didaki dengan 300 anak tangga, dan sebelum itu dapat dicapai dengan naik kuda/ jeep yang diijinkan merayap di lautan pasir pegunungan Tengger.
Rumah dan pondok penginapan di kecamatan Sukapura, Probolinggo menyambut hangat setiap wisatawan yang mengunjungi Kawasan Bromo – Tengger – Semeru. Persahabatan yang hangat dari segenap warga Tengger mampu menghangatkan udara dingin nan sejuk he..he..he.. warga umumnya mematok tarif menginap sebesar rp 50.000,-/ malam  per orang. Untuk tarif makannya disesuaikan dengan menu yang dipilih: mi instan, kentang rebus plus tumis sawi; semuanya disajikan panas bersama kopi kental. Warga Probolingggo khususnya suku Tengger percaya akab Hukum Karma sehingga tindak pidana relatif rendah. Orang tua menirukan ‘titi luhur’ ( petuah ) Tengger yang selalu diingatkan oleh orang tua dan sesepuh Tengger.
Wisata Bromo salah satunya melihat matahari terbit, keelokkan detik – detik mentari membelah gelapnya malam sangat mempesona disaksikan dari penanjakan 1 dan Penanjakan 2. Penanjakan 1 berada di kabupaten Pasuruan sedangkan Penanjakan 2  berada di kabupaten Probolinggo. Setelah menikmati matahari terbit, dilanjutkan dengan menikmati padang rumput, lautan pasir yang disebut ‘Segara Wedhi’ serta melihat kawah gunung Bromo. Sensasi lautan pasir ini dapat dinikmati denngan naik kuda mmaupun menyewa jip. Tarif naik kuda yakni rp 100.000,- sedangkan tarif sewa jip sebesar rp 600.000,- memang sepadan dengan keindahan lautan pasir yang sudah sering dijadikan lokasi syuting film layar perak. Segara Wedhi sebutan lautan pasir oleh suku Tengger, merupakan simbol jalan lintasan bagi arwah manusia sebelum naik ke ‘kahyangan’ ( surga ).
Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyadari kunjungan wisatawan ke Bromo rata-rata hanya sehari semalam artinya 24 jam. Pengelola terus merancang upaya memperpanjang waktu kunjungan wisata antara membuat Bukit Cinta dan anjungan kaca di dusun Jemplang, Penanjakan 1 ; merawat rumput di Bukit Teletubbies; membuat Desa Sayur, mempromosikan Desa Bunga serta mengenalkan rumah dan budaya Tengger. Banyak peningkatan ekonomi telah dinikmati warga Desa, Bukit Cinta , Bukit Cintangadas, Desa Ranupani, Desa Ngadisari dan Desa Wonokitri. Sektor pariwisata ini menawarkan pekerjaan sebagai pemandu wisata, porter, bekerja di biro wisata, membuka rumah makan/ toko, bekerja di di hotel/ homestay, menyewakan ojek/ kuda/ jip, menyewakan jaket/ sweeter/ kemah & alat mendaki. Namun aktifitas ekonomi tersebut akan terganggu saat aktifitas vulkanik Bromo meningkat, berupa uap belerang dan pasir vulkanik menyembur dari kawah Bromo.

‘hong ulun basuki langgeng’ salam khas Tengger, semoga Tuhan memberikan keselamatan dan kemakmuran yang kekal kepada kita. Pesona wisata Indonesia, majulah wisata Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar